Aldila Indryati (Kiri)
Jika kita membicarakan mengenai olahraga, Bowling mungkin tidak banyak
yang mengetahui dan memberikan perhatian lebih kepada salah satu cabang
olahraga satu ini. Ini dikarenakan jumlah atlet Bowling di Indonesia
sendiri yang masih sangat sedikit sehingga seakan luput dari perhatian. Sosok Aldila Indryati, adalah berbeda dengan
yang lainnya karena berani tampil sebagai bagian dari jumlah yang
sedikit itu. Ia seorang mahasiswi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas
Sumatera Utara, Medan angkatan 2012 yang gemar sekali bermain Bowling
dan menjadi salah satu atlet wanita Bowling termuda. Kegemarannya
bermula sejak ia duduk di bangku kelas 6 SD. “Waktu itu sih awalnya aku nemenin
mamaku main Bowling di Yuki Simpang Raya Medan, lama-lama kok jadi
tertarik juga.” Ujar gadis kelahiran Medan, 23 Februari 1995 silam ini.
|
Dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang
memang pecinta Bowling, Anak kedua dari 2 orang bersaudara ini mengaku
olahraga Bowling sebagai hobi utamanya dan seakan telah mendarah daging.
“Pertandingan pertamaku adalah saat mengikuti turnamen di Perisai Medan
dan kebetulan saat itu ada pelatih yang melatih aku.” Jawab Indi saat
ditanya kapan pertama kali ikut pertandingan Bowling.
Kegemarannya bermain Bowling bukanlah
sekedar hobi saja melainkan ia telah banyak mengukir prestasi dari
cabang olahraga itu. Sebut saja untuk tingkat nasional, Ia pernah
mendapatkan medali perak setelah meraih juara II dalam Even Double
Putri. Juara III masing-masing dalam Event Tim dan Event Master ia
buktikan dengan 2 medali perunggu yang telah ada digenggamannya. Ketiga
prestasi tersebut ia raih dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII di
Provinsi Riau tahun 2012.
Tak hanya itu, untuk tingkat internasional, ia berhasil menjadi Juara II U-18 dalam pertandingan 11th
Indonesia International Open Tenpin Bowling Championships tanggal 14-22
September 2013. Tahun sebelumnya ia juga berhasil menjadi pemenang
Juara III (Tim Indonesia) dalam Kejuaraan 14th Asian School
Tenpin Bowling Championships yang digelar pada tanggal 8-15 Juli 2012.
Kedua pertandingan tersebut ia laksanakan di Jaya Ancol Bowling Center,
Jakarta. Adapun pada Kejuaraan 17th ASEAN Youth Tenpin
Bowling Championships, 7-14 September 2013 di SCAA Bowling Centre &
Hong Kong Sports Institute, ia kembali menang dan berhasil mengharumkan
nama Indonesia sebagai juara III.
Prestasi dan bakatnya tersebut ia dapatkan
karena hasil kegigihannya dalam berlatih dan terus mengasah skillnya
guna menjatuhkan pin-pin kemenangan di setiap pertandingan itu. Terlebih
lagi, karena adanya dukungan orang tua, keluarga dan juga orang–orang
terdekatnya yang membuat gadis yang mendapat julukan Bogel ini
termotivasi dan terus bersemangat bermain Bowling sampai saat ini.
Aldila Indryati (Kiri)
“Aku sih memang sempat agak bingung kalau
ada bentrok kuliah dengan jadwal pertandingan, tapi sih sejauh ini
kuliah masih bisa di handle karena masih dapat izin dari
dosen.” jawab gadis yang memakai kawat di giginya itu ketika ditanya
mengenai bagaimana cara mengatur antara jadwal kuliah dan pertandingan,.
“Waktu itu sih pernah juga bentrok pas UTS (Ujian Tengah Semester) dan
ada jadwal petandingan, yaudah deh Indi harus ikut ujian susulan dan saat di sela-sela latihan Indi belajar buat ujian itu,” tambahnya.
Indi mengaku lebih tegang jika harus
berhadapan dengan lawan yang seumuran dibandingkan saat harus melawan
senior. “Kalau berhadapan dengan lawan yang seumuran sih Indi
lebih tegang karena kan pengalaman dan dari segi umur relatif sama
sehingga persaingan pun lebih ketat,” jelasnya. Ia juga menambahkan jika
senior menang itu hal yang biasa karena lebih banyak pengalaman dan
justru itulah yang membuat Indi tampil lebih rileks.
“Kalau Indi sih jujur merasa sedih
kalau kalah, tapi kalah atau menang itu gak jadi masalah yang penting
bisa fight,” itulah jawaban gadis yang tinggal di kecamatan Medan Johor
ini saat ditanya perasaannya saat kalah tanding.
Adapun Saingan terberat Indi selama
mengikuti pertandingan tingkat nasional adalah dari Provinsi DKI Jakarta
dan Jawa Barat. Sedangkan atlet dari Negara Korea lah yang menurutnya
paling sulit dikalahkan dalam pertandingan tingkat internasional.
Alasannya, karena mereka sangat handal dan Bowling di Negara Korea
memang lebih diperhatikan dan difasilitasi oleh pemerintahnya. Berbeda
dengan Indi dimana ia masih mengalami kesulitan karena tempat berlatih
Bowling yang masih minim dan terbatas sehingga membuat Indi harus
berlatih jauh dari tempat tinggalnya, bahkan sampai ke luar kota. Dalam
seminggu ia latihan setiap hari atau 3 kali (jika ada pelatih dari luar
negeri). Dalam 1 hari Indi berlatih selama 3 jam mulai pukul 10.00 –
13.00 WIB, setelah itu istirahat dan dilanjutkan lagi pukul 14.00 –
17.00 WIB.
Harapan Indi kedepannya adalah bisa menjadi pemain
terbaik nasional dan ikut Pelatnas. Ia juga sangat menginginkan agar
pemerintah mulai memberikan perhatian lebih pada cabang olahraga Bowling
ini, salah satu cara menurutnya yaitu dengan membangun lapangan Bowling
baru, karena jumlahnya yang masih sangat minim. Dengan adanya
lapangan-lapangan baru ia berharap cabang olahraga ini semakin
berkembang dan banyak menghasilkan bibit-bibit baru yang unggul
mengingat jumlah atlet Bowling di Indonesia masih sangat minim.